1. Pertumbuhan Ekonomi: Stabil namun Tertahan
- Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan moderat, dengan real GDP tumbuh sekitar 4,7–4,9% pada 2025. Angka ini berada di bawah target ambisius pemerintah sebesar 8%, namun masih mencerminkan ketahanan ekonomi di tengah tekanan eksternal dan domestik (OECD, Reuters).
- IMF dan Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan sekitar 4,8% (IMF, AInvest).
- OECD memperkirakan inflasi masih terjaga rendah (2,3% di 2025 dan naik ke 3% pada 2026), dengan pertumbuhan ekonomi kembali membaik secara bertahap (OECD).
2. Kebijakan Moneter: Pelonggaran untuk Merangsang Aktivitas
- Bank Indonesia (BI) melakukan pemangkasan suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 5,00% pada 20 Agustus 2025, sebagai langkah mendukung perekonomian di tengah inflasi yang terkendali dan stabilitas rupiah (Reuters, https://indonesiabusinesspost.com/).
- Gubernur BI menargetkan pertumbuhan GDP hingga 5,1% atau lebih untuk tahun ini (Reuters).
3. Pasar Keuangan dan Likuiditas: Dinamis di Tengah Ketidakpastian
- Pasar obligasi domestik menunjukkan volatilitas terbatas: ICBI naik dari 6,94 ke 6,96 pada awal Agustus; imbal hasil SUN (FR dan SBSN) bergerak fluktuatif namun terkendali (samuel.co.id).
- Rupiah menguat tipis, sekitar Rp16.390–16.362 per USD, didukung oleh stabilitas pasar dan intervensi BI (samuel.co.id).
4. Risiko Politis: Protes dan Ketidakstabilan Publik
- Memasuki akhir Agustus, terjadi gelombang protes nasional, dipicu oleh kenaikan tunjangan legislatif dan ketidakpuasan terhadap kebijakan ekonomi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun hingga 2,27% pada 29 Agustus, sementara rupiah melemah hampir 1% (Wikipedia).
- Bank Indonesia merespons dengan intervensi di pasar valas dan pembelian SUN guna meredam volatilitas dan menjaga stabilitas makro (Wikipedia).
5. Sektor Tertentu: F&B Tertekan oleh Diskriminasi Tarif dan Permintaan Melemah
- Industri makanan dan minuman (F&B), yang menyumbang sekitar 7,2% terhadap GDP, diproyeksikan melambat. Pertumbuhan diperkirakan hanya sekitar 5% dibanding target sebelumnya ~6% (id.crifasia.com).
- Penerapan tarif impor AS sebesar 32% sejak 1 Agustus memperburuk tekanan terhadap ekspor industri ini, khususnya dari pelaku UMKM yang rentan terhadap kejutan eksternal (id.crifasia.com).
6. Stimulus Fiskal: Upaya Dorong Konsumsi dan Stabilitas Sosial
- Pemerintah meluncurkan paket stimulus sebesar US$1,5 miliar, mencakup diskon transportasi, subsidi upah, pengurangan tol, dan bantuan sosial—terutama saat musim liburan sekolah—dengan harapan menangkal pelambatan permintaan dan menjaga pertumbuhan ekonomi tetap di kisaran 4,7–4,8% pada kuartal kedua dan ketiga (Financial Times).
Kesimpulan Singkat
Aspek | Kondisi Agustus 2025 |
---|---|
Pertumbuhan Ekonomi | Konsisten di kisaran 4,7–4,9% |
Kebijakan Moneter | Bunga acuan BI diturunkan ke 5,00% |
Pasar Keuangan | Volatilitas moderat; rupiah relatif stabil |
Risiko Politik | Protes memancing gejolak pasar |
Sektor F&B | Tertekan oleh tarif AS dan permintaan domestik |
Stimulus Fiskal | Rp1,5 miliar paket sosial untuk menjaga konsumsi |
Secara umum, market outlook Indonesia pada Agustus 2025 menunjukkan ekonomi yang tahan banting namun penuh risiko: kebijakan moneter dan stimulus fiskal berusaha menopang pertumbuhan, sementara ketidakpastian politik dan tekanan eksternal menuntut kehati-hatian investor dan pembuat kebijakan.
Referensi
- OECD Economic Outlook, Volume 2025/1 (OECD)
- Reuters: BI rate cut dan outlook GDP (Reuters)
- Laporan harian pasar obligasi & rupiah (Daily Economic Insights) (samuel.co.id)
- Wikipedia: Protes Agustus 2025 & dampaknya terhadap pasar (Wikipedia)
- CRIF Indonesia: Outlook sektor F&B dan tarif AS (id.crifasia.com)
- Financial Times: Stimulus US$1,5 miliar (Financial Times)
Social Plugin